Tag Archives: pekalongan

Makna Filosofis di Balik Motif Batik

Standar

Makna Filosofis di Balik Motif Batik

Batik merupakan hasil seni budaya yang memiliki keindahan visual dan mengandung makna filosofis pada setiap motifnya. Penampilan sehelai batik tradisional, baik dari segi motif maupun warnanya, dapat mengatakan kepada kita dari mana batik tersebut berasal. Motif batik berkembang sejalan dengan waktu, tempat, peristiwa yang menyertai, serta perkembangan kebutuhan masyarakat.

Sering kali lokasi memberi pengaruh yang cukup besar pada motif batik. Meskipun berasal dari sumber atau tempat yang sama, jika berkembang di tempat yang berbeda, motifnya akan berbeda pula. Contohnya adalah motif nitik. Motif nitik sebenarnya berasal dan pengaruh luar yang berkembang di pantai utara Laut Jawa, sampai akhirnya berkembang pula di pedalaman dan menjadi suatu motif yang sangat indah.

Pada saat pedagang dari Gujarat (India) datang di pantai utara Pulau Jawa, mereka membawa kain tenun dan bahan sutra khas Gujarat dalam barang dagangannya. Motif dan kain tersebut berbentuk geometris dan sangat indah, dibuat dengan teknik dobel ikat yang disebut patola yang dikenal di Jawa sebagai kain cinde. Warna yang digunakan adalah merah dan biru indigo.

Motif kain patola memberi inspirasi para pembatik di daerah pesisir maupun pedalaman, bahkan lingkungan keraton. Di daerah Pekalongan tercipta kain batik yang disebut jlamprang, bermotif ceplok dengan warna khas Pekalongan. Oleh karena terinspirasi motif tenunan, maka motif yang tercipta terdiri dari bujur sangkar dan persegi panjang yang disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan anyaman yang terdapat pada tenunan patola.

Kain batik jlamprang berkembang di daerah pesisir, sehingga warnanya pun bermacam-macam, sesuai selera konsumennya yang kebanyakan berasal dari Eropa, Cina, dan negara-negara lain. Warna yang dominan digunakan adalah rnerah, hijau, biru dan kuning, meskipun masih juga menggunakan warna soga dan wedelan.

Selain terdiri dari bujur sangkar dan persegi panjang, nitik dari Yogyakarta juga diperindah dengan hadirnya isen-isen batik lain, seperti cecek (cecek pitu, cecek telu), bahkan ada yang diberi ornamen batik dengan klowong maupun tembokan, sehingga penampilannya, baik bentuk dan warnanya, lain dari motif jlampranq Pekalongan. Nitik dari Yogyakarta menggunakan warna indigo, soga (cokelat), dan putih. Seperti motif batik yang berasal dari keraton lainnya, motif nitik kreasi keraton juga berkembang ke luar lingkungan keraton. Lingkungan Keraton Yogyakarta yang terkenal dengan motif nitik yang indah adalah Ndalem Brongtodiningrat. Batik nitik Yogyakarta yang terkenal adalah dari Desa Wonokromo, dekat Kotagede.

Untuk membuat batikan yang berbentuk bujur sangkar dan persegi panjang, diperlukan canting tulis khusus dengan lubang canting yang berbeda dengan canting biasa. Canting tulis untuk nitik dibuat dengan membelah lubang canting biasa ke dua arah yang saling tegak lurus.

Dalam pengerjaannya, setelah pencelupan pertama dalam warna biru, proses mengerok hanya dikerjakan untuk bagian cecek saja atau bila ada bagian klowong-nya. Agar warna soga dapat masuk di bagian motif yang berupa bujur sangkar dan persegi panjang yang sangat kecil tersebut, maka bagian tersebut ditekan-tekan sehingga pada bagian tertentu malamnya dapat lepas dan warna soga dapat masuk ke dalamnya.

Oleh karena itu, untuk membuat batik nitik diperlukan malam khusus yaitu malam yang kekuatan menempelnya antara malam klowong dan malam tembok. Langkah selanjutnya adalah mbironi, menyogo, dan akhimya melorod.

Sampai saat ini terdapat kurang lebih 70 motif nitik. Sebagian besar motif nitik diberi nama dengan nama bunga, seperti kembang kenthang, sekar kemuning, sekar randu, dan sebagainya. Ada pula yang diberi nama lain, misalnya nitik cakar, nitik jonggrang, tanjung gunung, dan sebagainya.

Motif nitik juga sering dipadukan dengan motif parang, ditampilkan dalam bentuk ceplok, kothak, atau sebagai pengisi bentuk keyong, dan juga sebagai motif untuk sekar jagad, tambal, dan sebagainya. Paduan motif ini terdiri dan satu macam maupun bermacam-macam motif nitik. Tampilan yang merupakan paduan motif nitik dengan motif lain membawa perubahan nama, misalnya parang seling nitik, nitik tambal, nitik kasatrian, dan sebagainya.

Seperti halnya motif batik yang lain, motif nitik juga mempunyai arti filosofis. Contohnya, nitik cakar yang sering digunakan pada upacara adat perkawinan ini diberi nama demikian karena pada bagian motifnya terdapat ornamen yang berbentuk seperti cakar. Cakar yang dimaksud adalah cakar ayam atau kaki bagian bawah. Cakar ini digunakan untuk mengais tanah mencari makanan atau sesuatu untuk dimakan.

Motif nitik cakar dikenakan pada upacara adat perkawinan, dimaksudkan agar pasangan yang menikah dapat mencari nafkah dengan halal, sepandai ayam mencari makan dengan cakarnya. Nitik cakar dapat berdiri sendiri sebagai motif dan satu kain atau sebagai bagian dari motif kain tertentu, seperti motif wirasat atau sido drajat, yang juga sering digunakan dalam upacara adat perkawinan. Setiap motif batik memiliki makna filosofis. Makna-makna tersebut menunjukkan kedalaman pemahaman terhadap nilai-nilai lokal. Hingga sekarang nilai-nilai tersebut masih bertahan.

www.BatikSolo.asia

Batik Kemodelan

Standar

Batik kemodelan merupakan batik-batik modifikasi dari batik-batik klasik, baik itu batik dari gaya Jogja maupun Solo. Batik ini dibuat dengan komposisi baru dengan pewarnaan Pekalongan dan kelihatan modern. Hal ini sangat populer di zaman Presiden Soekarno. Batik jenis ini merupakan salah satu ide Presiden Soekarno untuk menjadikan batik Jogja dan Solo tampil lebih modern dan cerah.

Batik kemodelan ini sampai sekarang masih dapat ditemukan di berbagai tempat yang menyediakan batik. Batik jenis ini cenderung disenangi oleh rnereka yang menginginkan sesuatu yang klasik, tetapi tetap tampil sesuai dengan tren. Sekarang,jenis batik kemodelan ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga kaya corak dan warna.

www.BatikSolo.asia

Batik Sogan Pekalongan

Standar

Batik sogan Pekalongan adalah batik dengan proses dua kali. Proses yang pertama, latar putih diberi coletan dan untuk proses kedua, batik ditandai penuh atau diberikan ornamen plataran berupa titik halus, baru setelah itu disoga. Batik yang disoga terlihat klasik. Demikian pula yang terlihat pada batik sogan Pekalongan. Namun perlu diingat, ini bukan jenis batik keraton. Orang sering mengartikan bahwa segala sesuatu yang klasik itu adalah batik keraton. Padahal, tidak demikian adanya.

www.BatikSolo.asia

Batik Tiga Negeri Pekalongan

Standar

Batik Tiga Negeri Pekalongan. Seperti halnya batik-batik negara lain, batik ini memiliki beberapa warna dalam satu kain, yaitu warna merah, biru, dan soga yang semua dibuat di Pekalongan. Kadang-kadang warna biru diganti dengan warna ungu dan hijau.

www.BatikSolo.asia

Batik Keraton

Standar

Pembuat batik di Pekalongan sering membuat batik yang motifnya merupakan ciri khas dari batik keraton Jogjakarta atau pun Surakarta. Motif gaya keraton yang biasanya dipakai yaitu motif semen, cuwiri, parang, dan lain-lain. Walaupun bermotif pengaruh keraton, teknik pembuatan pewarnaannya menggunakan gaya Pekalongan.

Dengan demikian, batik keraton produksi Pekalongan ini menjadi lebih unik dan menarik. Ini karena gaya Pekalongan adalah gaya pesisiran yang lebih bebas dan banyak mendapat berbagai pengaruh dari luar. Akhirnya, batik keraton yang dihasilkan Pekalongan memiliki ciri-ciri yang sama dengan batik-batik keraton dari Solo maupun Jogja, namun karakteristiknya telah menunjukkan adanya perubahan yang kontras dalam hal warna maupun bentuknya.

Pada umumnya, motif batik keraton mengandung makna filosofi hidup. Batik-batik ini pada mulanya dibuat oleh para putri keraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan keraton. Dan pada umumnya, motif yang dipakai adalah motif larangan.

www.BatikSolo.asia

Batik Belanda

Standar

Batik Belanda

Pada zaman penjajahan Belanda, banyak warga Belanda yang tinggal dan menetap di Indonesia. Mereka juga berinteraksi dengan budaya lokal Indonesia. Sama seperti warga keturunan Cina, warga keturunan Belanda juga banyak yang membuat dan memproduksi batik. Batik yang dihasilkan warga keturunan Belanda mempunyai ciri khas tersendiri dan sering disebut dengan batik belanda.

Motif yang digunakan pada batik belanda biasanya bunga-bunga yang banyak terdapat di Eropa, seperti tulip, dan tokoh-tokoh cerita dongeng terkenal di negeri asalnya. Batik model ini sangat disukai di Eropa. Batik belanda juga sangat banyak diproduksi di Pekalongan sepanjang abad XIX-XX.

www.BatikSolo.asia

Batik Pecinan atau Cina

Standar

Batik Pecinan atau Cina

Bangsa Cina sudah lama dikenal sebagai bangsa perantau. Mereka juga dikenal teguh dalam melestarikan adat budaya leluhurnya. Biasanya di negeri perantauan, mereka tetap melestarikan budayanya. Mereka terbiasa memadukan budaya mereka dengan budaya lokal sebagai bentuk akulturasi budaya.

Demikian juga yang terjadi di Indonesia, khususnya pada batik. Keturunan dari para perantau Cina di Indonesia biasanya memproduksi batik untuk komunitas sendiri dan diperdagangkan. Batik produksi mereka yang disebut batik pecinan memiliki warna yang cukup variatif dan cerah. Dalam selembar kain, mereka dapat menampilkan bermacam warna.

Motif yang digunakan pun banyak memasukkan unsur budaya Cina, seperti motif burung huk (merak) dan naga. Biasanya pola batik pecinan lebih rumit dan halus. Pada zaman dulu, batik pecinan yang berbentuk sarung dipadukan dengan kebaya encim sebagai busana khas para perempuan keturunan Cina di Indonesia. Pekalongan cukup terkenal dengan produksi batik pecinan. Batik-batik model encim di masa sekarang juga sering diangkat sebagai tren mode pada masa tertentu, terutama bila menjelang tahun baru Cina atau imlek.

www.BatikSolo.asia